Sabtu, 12 Desember 2009

Kepuasan Diri

"Merasa puas dan selalu berterima kasih,
Itulah berkah utama"

(Mangala Sutta)


Sudah lebih dari dua dekade berlalu, tepatnya 21 tahun. Penyakit lumpuh tak diketahui sebabnya menemaniku. Hidup yang perlu disokong oleh orang lain, meski untuk hal yang bersifat pribadi. Sungguh berat dan agak menyiksa bila dipikirkan.

Namun aku masih cukup beruntung, kalau boleh dibilang. Dari beberapa cerita, sewaktu aku masih kuliah, dikisahkan kehidupan seorang cacat lumpuh yang masih tetangga sekampung dengan temanku, dikatakan kehidupannya sangat menyedihkan. Disaat aku masih dapat menikmati bangku pendidikan tinggi, dia hanya terkurung dikamar. Aku masih dapat membersihkan badan tiap hari (meski dibantu), dan memakai pakaian yang layak. Dia jarang bisa membersihkan badan tiap hari, dan memiliki pakaian yang layak.

Kalau dipikir dengan seksama, aku termasuk masih beruntung. Yah, boleh dibilang nasibku nggak jelek-jelek amat. Apalagi saat ini aku terlahir sebagai manusia. Menurut ajaran Buddha yang aku anut, "Sungguh sulit terlahir sebagai manusia". Dengan terlahir sebagai manusia, tentu aku memiliki kesempatan untuk mengenal dan membedakan yang baik dengan yang tidak baik. Ditambah memiliki enam indera yang komplit, dalam kondisi yang cukup baik.

Yang paling membahagiakan lagi, pada kehidupan saat ini, aku terlahir sebagai manusia yang berjodoh untuk mengenal dan mempelajari dhamma. Karena Buddha juga berkata, "Sungguh sulit untuk mengenal dan mempelajari dhamma". Berkat jodoh aku bertemu dengan dhamma, maka memiliki kesempatan untuk memperbaiki sisa-sisa kamma lampau yang tidak baik. Dan yang paling penting, timbulnya pemahaman atas fenomena yang aku alami.

Meskipun diriku hanya awam, bukan ahli dhamma. Tapi secercah pemahaman bisa mengurangi kegelisahan, kegundahan, atau kekhawatiran (syukur-syukur bisa lenyap). Lalu batin menjadi tenang, dan pada akhirnya timbul rasa puas diri. Karena apa yang sesungguhnya menjadi sumber ketidakpuasan, yaitu tidak sesuainya apa yang ada didalam angan-angan, harapan, dan keinginan, dengan apa yang terjadi sebenarnya. Dengan kata lain, kenyataan tidak sesuai dengan angan-angan, harapan, dan keinginan.

Satu lagi keuntungan aku sebagai manusia yang berkesempatan mengenal dhamma, yaitu mengetahui sebab-sebab fenomena yang terjadi pada hidup ini. Termasuk bahagia dan derita hidupku. Dalam salah satu sutta, Buddha menyebutkan,

"Semua makhluk,
memiliki karmanya sendiri,
mewarisi karmanya sendiri,
terlahir dari karmanya sendiri,
berhubungan dengan karmanya sendiri,
terlindung oleh karmanya sendiri,
apa pun yang diperbuat,
baik atau buruk,
itulah yang akan diwarisinya"


Oleh karena itu, apa pun sistem kepercayaan teman-teman, apa pun status sosial teman-teman, apa pun warna kulit, jenis kelamin, ras, dan lainnya. Itu semua hanya atribut yang melekat, esensi yang paling penting adalah keberadaan kita sebagai manusia. Makhluk yang berakal budi, bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Manusia memiliki keunggulan satu poin, dibanding makhluk lain.


Semoga semua makhluk berbahagia,
Bebas dari penderitaan,
Bebas dari kebenciaan,
Bebas dari kesakitan,
Bebas dari kesukaran,
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaannya


TH 121209

Jumat, 27 November 2009

Jangan Tergesa-gesa....

Tanpa sengaja seorang teman meminjamkan sebuah buku yang isinya bagi sebagian orang sangat mengejutkan, bahkan memuakkan barangkali. Disitu berisi kisah yang amat menyentuh, tak terpikirkan, dan boleh dibilang mengusik kenyamanan komunitas tertentu. Terlepas dari benar atau tidaknya isi buku tersebut, tentunya kita tidak bisa mengabaikan begitu saja makna yang terkandung. Lebih bijaksana rasanya bila kita menyerap apa yang bermanfaat dan sebaliknya. Lagipula saya tidak berkompeten untuk menilai benar atau tidaknya isi buku tersebut. Posisi saya hanya berfungsi sebagai penyampai apa yang menurut saya menarik untuk disampaikan, atau dengan sedikit memaksa (Hehe...), layak dan pantas untuk disampaikan.

Dikisahkan bahwa seorang perempuan yang selama ribuan tahun distigma, dicap, lebih tepat difitnah dengan sebutan yang kurang pantas. Ribuan tahun lamanya, sebagian besar orang tidak mengetahui kisah tersebut, karena beberapa hal yang rumit. Terbungkus dengan rapi, boleh dikatakan sebagai kategori top secret dalam dunia intelijen.

Seiring dengan berjalannya waktu, sekaligus kedewasaan dalam beradab dan berbudaya, kebenaran tersebut semakin terkuak secara perlahan tapi pasti. Bukti-bukti otentik yang diketemukan beberapa tahun belakangan, ditambah kerja keras para peneliti, menyebutkan fakta yang berseberangan dengan apa yang selama ini dikoar-koarkan sebagian besar orang. Dari yang tadinya diposisikan hina, malah ternyata beliau adalah orang yang terhormat pada komunitasnya. Jujur saja, kalau untuk ukuran jaman modern sekarang, yah... beliau ada pada posisi nomor dua dalam tampuk kepemimpinan. Dengan kata lain, untuk urusan pembagian warisan, beliau yang pertama mendapat warisan jika sang pemimpin wafat.

Sekarang kita tinggalkan sejenak kisah tersebut, untuk menerobos lebih dalam ke makna sesungguhnya. Kalau kita perhatikan, ada benang merah yang dapat ditarik, yaitu jangan tergesa-gesa mengambil kesimpulan. Dalam menyikapi segala sesuatu hendaknya tidak langsung bereaksi secara positif atau negatif. Seringkali dalam hidup, kebanyakan kita terlalu tergesa dalam menyimpulkan sesuatu. Sesuatu yang benar, kita bilang salah. Sesuatu yang salah, kita bilang benar.

Jika sudah demikian, saya jadi teringat dengan kata-kata yang terdapat dalam Kalama Sutta. Buddha menasehati bahwa :
1. Jangan menerima apapun hanya berdasarkan berita semata
2. Jangan menerima apapun hanya karena sudah menjadi tradisi
3. Jangan menerima apapun hanya karena desas-desus belaka
4. Jangan menerima apapun hanya dikatakan bahwa terdapat dalam kitab suci
5. Jangan menerima apapun hanya didasarkan pada logika atau argumentasi pribadi
6. Jangan menerima apapun hanya terpengaruh pada sosok tertentu
7. Jangan menerima apapun hanya seolah-olah terlihat benar
8. Jangan menerima apapun hanya dari pengalaman spekulasi pribadi
9. Jangan menerima apapun hanya karena terkesan dengan kemampuan tertentu
10. Jangan menerima apapun hanya atas pertimbangan bahwa "inilah guru kami"

Dalam terminologi buddhis disebut ehipassiko, yang kira-kira artinya harus dapat dibuktikan. Dalam teks pada buku tersebut tertulis kata yang sangat jelas, rasanya tidak asing ditelinga, yaitu "jangan menghakimi". Yup, ada pelajaran yang bisa dipetik, selanjutnya diaplikasikan pada keseharian.

Bukan berarti menjadi plin-plan, namun lebih kepada melihat dengan jelas dulu. Karena tuntutan dunia yang serba cepat, seseorang terbiasa dituntut untuk cepat pula dalam mengambil kesimpulan (decision making). Dan tidak jarang kadang-kadang keliru dalam menyimpulkan sesuatu. Maka diperlukan kebesaran jiwa untuk menerima dengan lapang dada, bila kesimpulan yang kita pilih ternyata keliru. Dengan kata lain, berani mengakui kekeliruan.



Semoga semua makhluk berbahagia,
Bebas dari penderitaan,
Bebas dari kebencian,
Bebas dari kesulitan jasmani,
Bebas dari kesukaran batin,
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaannya,


By : Tedy Ho

Sabtu, 10 Oktober 2009

"Melihat Ke Dalam"

Dalam senggang malam di depan televisi, suatu ketika saya memperhatikan munculnya iklan-iklan yang silih berganti. Tanpa instruksi, tak terasa tenggelam dalam perenungan yang penuh makna. Bagi sebagian orang mungkin tak bermakna. Biarlah hanya keheningan yang akan menjawab semuanya. Sekian menit muncul beberapa iklan yang menawarkan produk kecantikan, misalnya kosmetik A, shampoo B, sabun C, dan lainnya. Beberapa menit kemudian, gantian muncul iklan produk kesehatan, misalnya obat D, suplemen E, dan lainnya. Tak lama berselang, giliran produk makanan dan minuman yang muncul, misalnya biskuit F, snack G, dan lainnya.

Setelah diperhatikan dan direnungkan, ternyata kebanyakan berhubungan dengan perawatan, pemeliharaan, dan pemenuhan kebutuhan pada jasmani atau fisik. Kira-kira demikian benang merah yang dapat ditarik. Tanpa terasa mengalir pertanyaan dalam batin. Mengapa manusia lebih tertarik untuk merawat, mengurusi, dan memelihara jasmani atau fisiknya semata??? Padahal menurut ajaran Buddha, manusia secara garis besar terkondisi oleh dua bagian yaitu, batin (nama) dan jasmani (rupa). Berarti jika sudah demikian, kalau mau adil dan seimbang, tentu kita tidak hanya merawat jasmani saja. Bukankah batin juga harus dirawat, dilindungi, atau dipelihara dengan apik.

Manusia dengan mudahnya merawat dan melindungi rambutnya, misalnya menggunakan shampoo yang wewangian aneka rupa, ditambah dengan segala macam campuran conditioner. Lantas merawat gigi dengan pasta gigi yang mencegah gigi berlubang. Kemudian membersihkan kulit dengan sabun antiseptik, dan lain-lain. Namun sebaliknya, batin kita kebanyakan tidak dirawat, dilindungi, dan dipelihara. Kadang-kadang kita lengah bila batin diserang dengan segala macam kotoran, gangguan, dan penyakit (yang biasanya disebut kilesa)

Kalau mau jujur, batin ini diserang segala macam kotoran, gangguan, atau penyakit, dari segala penjuru selama 24 jam sehari, 30 hari dalam sebulan, 365 hari dalam setahun, dan selama hidupnya. Serangan terhadap batin lebih cepat dan dahsyat. Dalam beberapa detik, bisa timbul kebencian terhadap 10 orang sekaligus. Belum lagi pikiran kotor melintas entah berapa kali mondar-mandir. Berseliweran seperti jalan tol tanpa penjaga. Kesadaran kita baru berlari sejauh 10 meter, kotoran batin sudah berlari masuk sejauh 100 meter. Pokoknya untuk orang awam (putthujana) seperti kita ini, kalah cepat dengan serangan kilesa. Seolah-olah mereka (kilesa) selalu berada di depan kita, mendahului kita.

Meskipun kalah cepat, bukan berarti mereka (kilesa) tidak bisa kita sergap. Tentunya dengan berlatih, menyadari setiap saat kondisi batin, kita bisa mengenali mereka. Melambatkan gerak-gerik batin. Tapi sekali lagi, tidak mudah untuk selalu sadar, sungguh teramat sulit, butuh perjuangan keras. Ciri khas dari dhamma, "mudah diucapkan sulit dilaksanakan". Semoga kita semua dapat berlatih dengan baik, dan segera mencapai pantai seberang. Sadhu...sadhu...sadhu...

Mohon maaf bila ada kesalahan. Mohon koreksi bila ada kekeliruan.



MAY ALL BEING PEACEFUL AND HAPPY!


By : Tedy Ho

Minggu, 27 September 2009

Melepas

Dalam keseharian selama hidup kita, tentu telah terbiasa menghadapi renteten fenomena batin dan jasmani yang baik dan yang tidak baik, menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dari fenomena yang muncul tersebut, disadari atau tidak disadari, dalam pikiran kita telah terbentuk suatu "kebiasaan" atau perilaku yang beraneka ragam. Akumulasi yang demikian lama dan terus menerus telah membentuk semacam mindsets dalam pikiran kita.

Dalam terminologi Buddhis, "kebiasaan" atau pengulangan yang berulang-ulang fenomena batin dan jasmani, bisa disebut dengan kemelekatan (upadana). Bagi manusia awam seperti saya dan kita kebanyakan, amat sangat sulit menyadari kemelekatan yang mencengkeram. Meskipun telah banyak mendengar, menulis, membaca, tentang bahaya dari kemelekatan. Diperingatkan sekalipun masih suka lalai, tidak waspada, terjebak dalam cengkeraman. Pada umumnya kita melekat karena kita suka atau menyenangi objek yang dilekati. Kita melekat pada uang, kita melekat istri yang cantik, kita melekat pada suami yang tampan, kita melekat pada kesehatan yang prima, kita melekat pada kenikmatan sensual dan menggiurkan.

Lantas adakah cara untuk melatih terbebas dari kemelekatan? Menurut ajaran Buddha terdapat sepuluh kesempurnaan untuk melatih diri, yang dikenal dengan Dasa Paramita. Pada langkah pertama yang paling awal, disebutkan yaitu Dana. Secara umum diartikan sebagai kemurahan hati. Berdana adalah langkah awal dalam melatih pelepasan. Berdana adalah belajar melepaskan "hak milik" yang notabene berada dalam cakupan ego. Harta ini milikku, uang ini milikku, rumah ini milikku. Namun berdana tidak hanya melepas materi belaka. Berdana bisa dalam bentuk apapun, tenaga, pikiran, bahkan tubuh jasmani sekalipun. Sehingga mengurangi ego, tubuh ini milikku, pikiran ini milikku, perasaan ini milikku.

Dalam kisah jataka, Siddhatta Gotama, Boddhisatta, sebelum menjadi Samma-Sambuddha, beliau dalam kehidupan sebagai brahmana Sumedha pernah melakukan mahadana, dengan membagikan seluruh harta kekayaannya kepada siapapun yang mau mengambilnya, lalu pergi bertapa meninggalkan keduniawian. Bahkan banyak kisah-kisah jataka yang menceritakan, Boddhisatta men-dana-kan tubuh, istri, dan anaknya. Jadi berdana tidak hanya menyangkut materi belaka, esensi yang terkandung didalam makna berdana sangat dalam, yaitu melepas ego. Segala sesuatu bukan milikku (anatta).

Namun kita harus berhati-hati dengan perangkap baru dari berdana. Jangan sampai dengan berdana kita ingin melatih melepas ego, malah justru menambah ego baru dalam batin kita. Jangan sampai motif kita berdana disusupi oleh kesombongan ingin dihargai, ingin dihormati. Ada juga yang setelah berdana, minta doanya yang macam-macam. Ada yang ingin kaya raya, ingin hidup di alam surga setelah mati, dan lain-lain. Jika sudah demikian, kita malah justru mengganti kemelekatan yang satu dengan kemelekatan yang lain. Bukannya mengurangi kemelekatan akan uang, malah menambahnya. Contohnya : Dengan berdana Rp 100 ribu, berharap ketiban rejeki Rp 100 juta. Lha, ini sudah keliru, malah tambah serakah ini.

Tetapi sebagai manusia awam, sah-sah saja kita memiliki pengharapan demikian. Hitung-hitung sebagai penambah semangat dalam kebajikan. Meskipun kadarnya harus senantiasa kita sadari dan waspadai. Setelah kita mampu perlahan-lahan mengurangi ego terhadap materi, niscaya kita mampu mengurangi ego terhadap non-materi. Justru melepas ego yang non-materi ini yang paling sulit. Harus menyelam ke dalam lebatnya belantara batin. Nah, jika tidak melatih yang awal, bagaimana menembus yang akhir. Tidak perlu melatih yang hebat-hebat, yang mewah-mewah, mulailah dari hal yang sederhana dan praktis.

Demikian sedikit sharing dari saya, bila ada kekeliruan dan kesalahan, saya mohon maaf dan mohon koreksinya. Terima kasih.


MAY ALL BEING PEACE AND HAPPY!

By : Tedy Ho

Sabtu, 18 Juli 2009

Pojok Nurani

Kebencian

Dada seakan tersedak,
Kebencian masih meledak,
Tragedi datang mendadak,
Bom kembali meledak,



Dendam

Memandang kejauhan dari geladak,
Hanya terlihat kumpulan badak,
Kala diri menjadi budak,
Memanggul dendam diatas pundak,



Pelaku

Berita kian membeludak,
Lokasi sedang disidak,
Teroris kian merebak,
Pelaku harus ditindak,



Turut berduka cita atas tragedi yang mengorbankan kemanusiaan demi kebencian, amarah, dendam, dan bentuk lainnya yang salah alamat....


MAY ALL BEING PEACEFUL AND HAPPY!

By : Tedy Ho

Senin, 13 Juli 2009

Changing Yourself

One of the substance as a human life is to become being social. We can't live alone without other people. Every day, every time, and every moment, always interact with community in our environment around. Of course, we want live in community suitable with our expectations. If we are in a good community, certainly not a problem. But, what if our community is poorly? Can we change it?

And, in the narrow perspective, in a personal relationship, for example relationship between the boss and employee, relationship between the parent and son, etc. Sometimes, relationship running well. Other times, relationship become into poor condition. We thought that was doing well to other people. So, what should we do?

I think, we can't change our community or other people into suitable with our expectations. Firstly, we must change ourselves. One good apple can't change all of the bad apple in the basket. It's almost impossible to change bad communities, and most of the time, a good person will become a bad person easily in a bad communities. The key to resolve this dilemma is take control ourselves, our mind. Because I'm a buddhist, so I look in buddhis perspectives. Buddha's teachings emphasized on self-introspection.

"Hopefully, I tolerate to face something that can't be changed,"
"Hopefully, I strong to face something that can be changed",
"Hopefully, I wise to differentiate, what kind of things can be changed with can't be changed"
(Handaka Vijjananda)


MAY ALL BEING PEACEFUL AND HAPPY!

By : Tedy Ho

Kamis, 09 Juli 2009

Kumpulan Syair Politika 2

Kecewa

Siang bolong disambar guntur,
Kecewa hitungan yang melentur,
Akal ini kian hancur,
Mengucapkan kata yang melantur,



Ambisi

Kalau sakit makanlah bubur,
Lebih nikmat dengan ubur-ubur,
Kalau sakit perlu dihibur,
Ambisi harus terkubur,



Jawara

Sang jawara memetik anggur,
Oposisi dipukul mundur,
Sang jawara jangan tertidur,
Rakyat banyak yang menganggur,



Pemimpin

Hidup kadang perlu mujur,
Emas murni takkan luntur,
Jadi pemimpin haruslah jujur,
Yang nakal harus ditegur,



PERINGATAN !!!
Bahan baku terdiri dari inspirasi, imajinasi, dan ekspresi. Atau yang disingkat INEKS.


MAY ALL BEING PEACEFUL AND HAPPY!
By : Tedy Ho

Selasa, 07 Juli 2009

Kumpulan Syair Politika

Contreng

Esok pagi mentari terbit di ufuk timur,
Menyinari pakaian yang dijemur,
Esok pagi contreng jangan ngawur,
Semoga Indonesia kian makmur,



Janjimu

Paling enak sarapan semur,
Habis itu mandi di sumur,
Hati-hati nanti tersungkur,
Banyak janji yang menjamur,



Indonesiaku

Bangun pagi doa bersyukur,
Jangan lupa mulut dikumur,
Habis contreng harus akur,
Indonesia semakin subur,



May All Being Peaceful and happy!
By : Tedy Ho

Sabtu, 04 Juli 2009

Penyebab Lenyapnya Kebahagiaan

Segala yang terbentuk adalah tidak kekal,
Bersifat timbul dan tenggelam,
Setelah timbul akan hancur dan lenyap,
Bahagia timbul setelah gelisah lenyap,

Semua makhluk hidup pada hakekatnya memiliki tujuan mencapai kebahagiaan. Dalam mencari kebahagiaan yg didambakannya, setiap makhluk memiliki caranya masing-masing untuk meraih kebahagiaan. Ada yang dari siang hingga sore, bahkan sampai larut malam, bekerja mencari nafkah demi kebahagiaan diri dan keluarganya kelak. Ada juga yang pergi berlibur tamasya, untuk mengendurkan urat syaraf yang tegang setelah sekian lama jenuh dengan rutinitas harian, dengan harapan memperoleh kebahagiaan (walaupun sejenak). Ada lagi yang meninggalkan kehidupan duniawi lalu menempuh jalur kehidupan rohani dan spiritual dalam usaha menggapai kebahagiaan. Bahkan yang lebih ekstrim, ada yang terjerumus ke pemakaian narkoba atau seks bebas, dengan alasan demi mencari kebahagiaan yang didambakan.

Semua usaha yang bermacam-macam bentuknya diatas, pada hakekatnya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebahagiaan. Namun dengan cara dan metode yang berbeda-beda dalam meraihnya. Pada umumnya, kebanyakan dari kita mengetahui cara untuk meraih dan menggapai kebahagiaan. Kira-kira rumusannya begini, andaikata kita memiliki keinginan dan keinginan kita terpenuhi maka kebahagiaan timbul. Sebaliknya jika keinginan kita tidak terpenuhi maka kebahagiaan lenyap. Jadi penyebab lenyapnya kebahagiaan salah satunya adalah tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak mendapatkan gaji yang maksimal kita kecewa, tidak mendapatkan kekasih idaman kita kecewa, tidak mendapatkan harapan yang sesuai kita kecewa, dan lain-lain.

Namun ada lagi salah satu penyebab lenyapnya kebahagiaan yang sulit dilihat dan disadari kebanyakan dari kita, yaitu tidak menginginkan apa yang didapatkan. Yup, inilah biang keladi dari segala macam kegelisahan, kekecewaan, dan kesedihan kita kebanyakan. Mendapat jasmani kurang sempurna kita tidak ingin, lalu kecewa. Mendapat pasangan yang menyebalkan kita tidak ingin, lalu kecewa. Mendapat rejeki yang pas-pasan kita tidak ingin, lalu kecewa. Jadi apapun yang kita dapatkan namun tidak menginginkannya, maka yang timbul adalah kekecewaan. Saya akui penyebab yang kedua ini paling halus, sehingga banyak orang yang terjerembab didalamnya.

Jangan biarkan diri kita larut ke dalam kedua hal tersebut. Terus menerus disadari dan dikenali jika mereka suatu saat tiba-tiba datang. Solusi yang paling tepat bila suatu saat kita bertemu dengan kedua sebab tersebut adalah kepuasan diri atau kecukupan hati. Yup, dengan berpuas diri kita akan lebih ikhlas menerima apapun yang datang menghampiri. Terimalah dirimu apa adanya, terimalah teman dan pasanganmu apa adanya, terimalah apapun yang datang kepadamu. Bagaikan dua sisi uang logam, sisi kebahagiaan dan sisi kekecewaan berada pada media yang sama. Jadi supaya kebahagiaan muncul, kegelisahan harus lenyap. Sesuai dengan syair yang tertulis diawal, "Bahagia timbul setelah gelisah lenyap".

Kesimpulannya, sadari dan kenali penyebab lenyapnya kebahagiaan. Setelah penyebabnya dapat disadari dan kenali, maka kembangkan sikap mental berpuas diri. Tidak mudah memang, untuk itu kita harus senantiasa mencoba dan berlatih. Jika menyerah begitu saja, mau sampai kapan kita akan mencari-cari kebahagiaan diluar diri kita. Kebahagiaan sejati letaknya tidak jauh-jauh. Kebahagiaan sejati bukan berada di Disneyland, kebahagiaan sejati bukan berada di tempat ibadah, kebahagiaan sejati bukan berada di brankas uang, kebahagiaan sejati bukan berada di show room mobil. Kebahagiaan sejati letaknya didalam diri kita masing-masing.

Demikianlah sedikit sharing dari saya. Mohon maaf bila kurang berkenan dihati dan ada kekeliruan. Sharing ini semata-mata pendapat pribadi, dan tidak bermaksud untuk menggurui atau mengajari. Saya juga masih dalam tahap belajar dan berlatih, demi tercapainya kebahagiaan sejati. Semoga semua makhluk telah tiba saatnya untuk merealisasi pencapaian tertinggi. Semoga....



May All Being Peaceful and Happy!



By : Tedy Ho

Sabtu, 20 Juni 2009

Dua Sisi Hipnotis

Seorang pemimpin agama tertentu, pada suatu hari berkata pada umatnya, untuk tidak menonton acara hiburan di televisi yang menayangkan praktik hipnotis. Ada kesan bahwa hipnotis merupakan hal yang tabu, menyeramkan, sesat, dan mengandung hal yang negatif. Salah satu umat tersebut, kemudian bercerita kepada saya. Salah satu umat yang dimaksud adalah Ibu kandung saya sendiri, yang kebetulan berbeda agama dengan saya. Tergelitik oleh pernyataan seorang pemimpin agama tersebut, saya langsung mengumpulkan segala materi yang berhubungan dengan topik hipnotis. Saya ingin melihat, menelusuri, dan membuktikan, bahwa apa yang diucapkan oleh salah satu pemimpin agama tersebut tidak sepenuhnya benar.

Benarkah hipnotis identik dengan kejahatan, menyesatkan, mistik, dan hal-hal negatif lainnya...??? Tidak adakah manfaat, kegunaan, dan hal-hal positif dari hipnotis...??? Untuk mengupas lebih lanjut pertanyaan tersebut, marilah kita telaah dulu definisi dan asal mula sejarah dari hipnotis.

Definisi Hipnosis Atau Hipnotis

Dari berbagai literatur yang saya baca, para pakar hipnosis masing-masing memberikan definisi mereka untuk kata hipnosis. Beberapa definisi itu antara lain :

1. Hipnosis adalah suatu kondisi dimana perhatian menjadi sangat terpusat, sehingga sugestibilitas meningkat sangat tinggi

2. Hipnosis adalah seni komunikasi untuk mempengaruhi seseorang sehingga mengubah tingkat kesadarannya, yang dicapai dengan cara menurunkan gelombang otaknya

3. Hipnosis adalah seni eksplorasi alam pikiran bawah sadar

4. Hipnosis adalah kondisi kesadaran yang meningkat

5. Hipnosis adalah suatu kondisi pikiran yang dihasilkan oleh sugesti


Hipnotis (hypnotist) merupakan seorang pakar atau ahli dalam melakukan hipnosis (Adi W. Gunawan, 2005). Sama seperti gitar dan gitaris, gitar adalah alat musik, sedangkan gitaris adalah pakar atau ahli dalam memainkan gitar.

Sejarah Hipnosis

Dalam literatur yang saya baca, ternyata praktik hipnosis telah ada sejak ribuan tahun yang lampau. Bahkan sejak peradaban manusia yang paling kuno sekalipun. Pada umumnya mereka menggunakannya sebagai media penyembuhan penyakit. Berikut uraiannya,

Zaman pra sejarah
Dalam sejarah peradaban manusia, Hipnosis sudah dikenal dan dipraktikkan sejak ribuan tahun yang lalu oleh berbagai bangsa dan kebudayaan kuno di dunia. Namun pada zaman tersebut praktik hipnosis masih dilakukan dengan upacara dan ritual yang berbau mistik / tahyul dan hanya diturunkan kepada murid-murid yang terpilih. Jadi tidak sembarang orang yang dapat memahami dan mempelajari hipnosis.

Tahun 4000 BC
Bangsa Assyro-Babylonia diperkirakan telah mengenal dan mempraktikkan hipnosis, dengan ditemukannya gambar atau relief pada dinding gua sekitar tahun 4000 sebelum masehi. Cuma mereka juga masih memperlakukan hipnosis selayaknya ritual mistis di kuil-kuil kuno. Seperti pemanggilan dewa-dewi untuk mengusir roh jahat pada manusia yang sakit, dan lain-lain.

Tahun 2000 BC
Dari catatan sejarah juga diceritakan bahwa Wong Thai, sang pelopor pengobatan tradisional Cina, juga mengajarkan muridnya cara menggunakan fenomena trance dalam pengobatan berbagai penyakit.
Di India, Hindu Veda mengembangkan metode penyembuhan dengan memfokuskan perhatian pasien pada organ atau bagian tubuh yang sakit dan yang membutuhkan penyembuhan.

Tahun 1500 BC
Bangsa Mesir kuno juga telah mengenal dan mempraktikkan metode yang mirip dengan hipnosis, sebagai teknik pengobatan. Teknik yang digunakan melalui sugesti dan visualisasi. Praktik ini tercatat dalam dokumen kuno Eber Papyrus.

Tahun 900 BC
Pada zaman kebudayaan Yunani kuno, seorang tabib bernama Chiron berhasil melakukan bedah tanpa obat bius. Jadi sebelum melakukan bedah atau operasi, diadakan ritual-ritual untuk memanggil Dewa-Dewi dan menggunakan wewangian agar menciptakan keadaan trance kepada si pasien. Wewangian yang dimaksud sekarang dikenal dengan nama Aroma Therapy.

Tahun 400 BC
Dalam zaman kebudayaan Yunani dan Romawi, Hipocrates yang saat ini dikenal sebagai pelopor ilmu kedokteran modern, berpendapat bahwa "Penyakit yang diderita seseorang berhubungan dengan mental atau psikis orang tersebut". Sehingga banyak penyakit yang bisa disembuhkan hanya dengan visualisasi. Pendapat tersebut sekarang dikenal dengan teori Psychosomatic Medicine.

Dr. Franz Anton Mesmer (1735-1815)
Beliau yang mengawali penelitian hipnosis secara ilmiah. Seorang dokter di Wina, yang membuka praktik di Paris. Teknik yang digunakan adalah menggunakan transfer magnetis melalui visualisasi untuk menyembuhkan pasien. Saat ini dikenal dengan "Teknik Mesmer".

Dr. John Elliotson (1791-1868)
Beliau adalah seorang dokter dari Inggris, yang dikenal sebagai penemu Stetoskop. Dr John Elliotson juga menggunakan hipnosis dalam praktiknya untuk menyembuhkan deperesi, epilepsi, gagap, rematik, sakit kepala dan untuk bedah tanpa obat bius.

Dr. James Braid (1795-1860)
Beliau adalah seorang dokter bedah dari Inggris. Dalam bukunya “Neuro Hypnotism” untuk pertama kalinya dipakai kata Hypnosis yang diambil dari bahasa Yunani “Hypnos = Dewa Tidur”, karena berpendapat bahwa kondisi dalam hipnosis itu sama dengan tidur syaraf. Beliau adalah orang yang pertama kali menggunakan teknik induksi dengan fiksasi mata, yaitu melihat dan konsentrasi pada sebuah bandul yang diayunkan didepan pasien.

Dr. James Esdaille (1808-1859)
Beliau adalah seorang dokter bedah Irlandia yang bertugas di India dan merupakan dokter yang paling banyak melakukan bedah tanpa obat bius dalam sejarah. Dengan menggunakan hipnosis, beliau melakukan ribuan kali bedah tanpa obat bius, 300 diantaranya bedah mayor (operasi besar), dan 19 amputasi. Namun kemajuan ilmu kedokteran modern, telah berhasil menemukan Anestesi (obat bius), sehingga menjadi pilihan dunia kedokteran. Kemudian praktik beliau menjadi dianggap "kuno" dan berisiko tinggi.

Sebenarnya masih banyak rekam jejak para pakar hipnosis yang tidak saya tulis satu per satu. Ringkasan perjalanan sejarah diatas hanya sebagai gambaran secara garis besar.

Penyalahgunaan Hipnosis

Tidak diragukan lagi, setiap hari kita pasti mendengar, melihat, membaca, atau bahkan mengalami sendiri tindak kejahatan yang menggunakan hipnosis sebagai alat untuk beraksi. Para pelaku kejahatan tidak memerlukan senjata tajam, tidak memerlukan senjata api, tidak memerlukan kekerasan yang dapat memancing perhatian massa. Mereka beraksi dengan "lemah lembut", tanpa kekerasan, umumnya berlangsung mulus.

Kebanyakan bermotif penipuan, korban dibuat "tak berdaya" lalu dikuras harta bendanya. Tidak peduli di keramaian atau kesepian, pelaku akan setiap saat mencari korban yang lengah. Untuk itu senantiasa waspada, be aware... dan be mindful.... Berikut ini beberapa tips untuk menghindari kejahatan penipuan yang menggunakan hipnosis :

1. Jangan membiarkan pikiran kosong ketika berada di daerah umum. Pikiran kosong dapat mengakibatkan gerbang telepathic terbuka, sehingga pihak lain dapat dengan mudah menyampaikan pesan secara telepathic.

2. Waspadalah jika tiba-tiba timbul rasa kantuk yang tidak wajar, ada kemungkinan bahwa seseorang yang bermaksud negatif sedang melakukan “telepathic forcing”.

3. Bagi mereka yang memiliki kebiasaan “latah”, sebaiknya jangan bepergian ke tempat umum tanpa teman. Mereka yang mempunyai kebiasaan “latah” cenderung memiliki gerbang bawah sadar yang mudah dibuka paksa dengan bantuan kejutan (Shock Induction). Hal yang sama juga berlaku bagi mereka yang mudah terkejut.

4. Jangan mudah panik jika tiba-tiba ada beberapa orang yang tidak dikenal mengerumuni anda untuk suatu alasan yang tidak jelas. Sekali jangan mudah panik! Karena rasa panik akan mempermudah terbukanya gerbang bawah sadar anda!

5. Jangan mudah panik jika tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu anda! Usahakan agar pikiran dan panca indera anda tetap aktif ke seluruh lingkungan! Jangan terfokus pada ucapan-ucapan orang yang menepuk anda! Segera berpindahlah ke daerah yang lebih ramai!

6. Jika secara tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas, dada anda terasa sesak, dan diikuti dengan perut agak mual, dan kepala sedikit pusing, waspadalah karena mungkin ada seseorang tengah mengerahkan energi gendam! Segera lakukan “grounding”, yaitu meniatkan membuang seluruh energi negatif ke bumi (cukup visualisasi).

7. Jika terjadi hal-hal yang mencurigakan, segera sibukkan pikiran anda, agar tetap berada di frekwensi yang mengakibatkan efek Hipnotis tidak dapat bekerja! Antara lain dengan : berdoa dalam hati, menyanyi dalam hati, atau memikirkan hal-hal yang berat!

8. Akhirnya, tanamkan terus menerus di dalam diri anda, bahwa Hipnotis tidak akan bekerja bagi mereka yang menolaknya! Hal ini juga berlaku untuk ilmu gendam!

Pemanfaatan Hipnosis

Meskipun hipnosis bisa digunakan untuk melakukan kejahatan, ternyata hipnosis juga memiliki manfaat. Tidak sedikit manfaat yang bisa dipetik dari praktek hipnosis. Misalnya, untuk terapi menghilangkan kecanduan rokok atau narkoba. Lalu terapi stres, depresi, atau fobia. Ada juga yang menggunakan untuk terapi menurunkan berat badan. Bahkan yang paling kontroversial, hipnosis dapat digunakan untuk menguak kehidupan lampau seseorang (Past Live Regression). Jadi dengan teknik regresi kehidupan lampau (PLR), seseorang dapat mengingat kehidupan lampaunya.

Mungkin kegunaan yang terakhir inilah yang membuat risau salah satu pemimpin agama tersebut. Sehingga jika ada pendalaman pada salah satunya umatnya, akan membuat resah benak beliau. Yup, saya menduga, sekali lagi hanya menduga... No Body Knows...

Kesimpulan

Setelah kita kupas sedikit tentang dua sisi hipnosis, bisa ditarik kesimpulan, bahwa jangan memandang segala sesuatu hanya dari satu sisi. Lihatlah dengan jelas, gunakan kebijaksanaan. Ibarat pisau, bisa bermanfaat jika digunakan untuk memotong sayuran, mengupas buah-buahan, dan lain-lain. Namun bisa juga menyakitkan jika digunakan untuk melukai sesama, menganiaya, dan lain-lain. Demikianlah sedikit pendapat dari saya. Mohon maaf bila ada kekeliruan.


MAY ALL BEING PEACE AND HAPPY... _/\_


By : Tedy Ho


Referensi :
1. Gunawan W., Adi. 2005. Hypnosis : The Art of Subconscious Communication. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
2. Sunaidi, Nathalia. 2007. Journey to My Past Lives. Cetakan I. Jakarta : Bornrich Publishing
3. http://berita21.com/2009/05/29/turunkan-berat-badan-dengan-terapi-hipnotis/
4. http://antihipnotis.wordpress.com/hypnosis/
5. http://www.indospiritual.com/artikel_pengobatan-alternative-dengan-hipnoterapi.html

Minggu, 07 Juni 2009

Pandangan Negatif Terhadap Investasi Saham

Krisis keuangan global menunjukkan tanda-tanda mulai mereda. Setelah selama kurang lebih 2 tahun belakangan ini dunia keuangan terombang-ambing tak menentu. Bermula dari pertengahan tahun 2007 di Amerika Serikat dengan subprime mortgage sebagai isu sentral. Krisis menghantam sektor keuangan, dengan ditandai bangkrutnya sejumlah perusahaan raksasa dunia. Tak terkecuali sektor keuangan di Indonesia. Sejak bergulirnya isu resesi ekonomi global, Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengalami tekanan, pasar saham melorot drastis.

Akhir tahun 2007 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada angka 2745,83 sedangkan akhir tahun 2008 ditutup di 1355,408. Jadi selama tahun 2008 atau dalam waktu setahun, IHSG anjlok sebesar 50,63%. Dasar jurang IHSG terletak pada tanggal 2 Maret 2009 diposisi 1256. Dan Sejak menyentuh titik nadir, IHSG terus menanjak secara signifikan. Per tanggal 5 Juni 2009 posisi IHSG berada di 2078,931 dan itu artinya hanya dalam tempo kurang lebih 3 bulan IHSG sudah menguat sebesar 65,51%. Luar biasa bukan? Lalu problem yang timbul sekarang, dengan tingginya tingkat volatilitas tersebut, membuat beberapa pihak enggan, bahkan memandang negatif bentuk investasi saham. Berbagai pandangan miring tersebut misalnya, bahwa berinvestasi di saham hanya untuk orang-orang kaya, berinvestasi di saham sama saja dengan judi (gambling), dan lain-lain. Nah, artikel ini khusus membatasi kaitan antara investasi saham dengan judi.

Apakah benar investasi saham sama dengan judi...??? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita kaji terlebih dahulu satu per satu. Jika ditelaah arti dari "Investasi" adalah mengorbankan aset yang dimiliki sekarang guna menda­patkan aset pada masa mendatang yang tentu saja dengan jumlah yang lebih besar (Sharpe et all, 1993). Atau "Investasi" sebagai komitmen menanamkan sejumlah dana pada satu atau lebih aset selama beberapa periode pada masa mendatang (Jones, 2004). Sedangkan definisi "Saham" adalah bukti kepemilikan pada suatu perusahaan (Warren, 2001). Jadi secara garis besar investasi saham merupakan menanam sejumlah aset pada suatu perusahaan, yang kelak dapat bertumbuh nilai dari aset yang ditanam. Definisi "Judi" menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah permainan dengan memakai uang atau barang berharga sebagai taruhan; berjudi berarti mempertaruhkan sejumlah uang atau harta di permainan tebakan berdasarkan kebetulan, dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula.

Dari definisi judi diatas terdapat kata-kata "permainan tebakan berdasarkan kebetulan". Pertanyaannya sekarang, apakah investasi saham adalah permainan tebakan berdasarkan kebetulan...??? Jawabannya : BISA YA, BISA TIDAK. Investasi saham disebut permainan tebak-tebakan berdasarkan kebetulan belaka, jika investor tidak memiliki dasar pengetahuan fundamental perusahaan atau kondisi pasar (makro ekonomi), membeli saham dalam jangka pendek dengan tujuan spekulatif (pagi beli, sore jual). Tapi jika investor memiliki dasar pengetahuan fundamental perusahaan atau kondisi pasar, dan membeli saham dengan tujuan investasi jangka panjang, yang berarti kebutuhan hidup jangka pendek tidak terabaikan, maka investasi saham tidak bisa dikategorikan sebagai permainan tebak-tebakan berdasarkan kebetulan.

Jadi semuanya tergantung kita sebagai investor, apakah kita telah memenuhi kriteria. Saham hanya merupakan salah satu alat investasi (investment instrument), bukan bertujuan sebagai alat untuk berjudi. Sama halnya seperti sepak bola, tujuannya hanya sebagai tontonan olahraga yang menghibur. tetapi bisa juga dijadikan sarana berjudi. Pilihlah sarana investasi yang paling cocok untuk diri anda, sesuai dengan profil risiko anda. Jangan lupa berinvestasi di saham memang memiliki risiko tinggi, namun memiliki imbal hasil yang tinggi pula (high risk, high return). Telah terbukti dalam jangka panjang investasi pasar saham menunjukkan kekuatannya sebagai investasi yang memiliki imbal hasil paling tinggi diantara berbagai jenis investasi lainnya.


Peace and happy to all... _/\_

By : Tedy Ho

DISCLAIMER : Artikel ini semata-mata hanya pendapat pribadi.


Referensi :
1. trianha.blogspot/investasi

Apakah kesabaran ada batasnya???

Kesabaran... mudah diucapkan namun sulit dipraktekkan. Yup, dimana-mana orang selalu membicarakan "makhluk langka" yg satu ini. Menjadi langka karena jarang kita jumpai jaman sekarang. Apalagi di megapolitan seperti Jakarta, saling menyalip, saling berebut, saling mengumpat, saling merusak, saling memusnahkan, sudah menjadi hal yang biasa. Bahkan sudah menjurus ke pembentukan karakter.

Kehidupan sebagai manusia sangat bervariasi, ada yang memiliki sedikit masalah bahkan nyaris tanpa masalah, hidupnya tidak banyak bergejolak, berjalan mulus, sesuai dengan harapan dan angan-angan. Disisi lain ada yg memiliki banyak masalah bahkan tiada henti datang menghampiri, hidupnya banyak halangan dan kegagalan, bergejolak mirip badai ganas sepanjang masa. Kunci untuk menghadapi berbagai masalah tersebut adalah kesabaran. Semakin besar masalah yang muncul, semakin besar kesabaran yang diperlukan. Begitulah kira-kira idiom yang kita ketahui selama ini. Nah, kalau sudah demikian, pertanyaan yang timbul sekarang, apakah kesabaran mampu menanggulangi setiap masalah yang muncul...??? Dengan kata lain, apakah kesabaran mempunyai ukuran, takaran, atau batasan untuk menghadapi masalah yang sangat ruwet sekalipun...???

Untuk menjawab pertanyaan diatas, tergantung sudut pandang yang kita gunakan. KESABARAN MEMILIKI BATAS, JIKA KITA MEMBERIKAN BATAS. KESABARAN TIDAK MEMILIKI BATAS, JIKA KITA TIDAK MEMBERIKAN BATAS. Yah, jadi kita tidak perlu heran melihat ada orang yang gampang marah dan tersinggung meskipun untuk hal yang sepele. Karena mereka memberikan batas pada kesabaran mereka, bahkan batas yang sangat sempit. Kita juga tidak perlu heran melihat ada orang yang sangat tabah berlapang dada, meskipun masalah, hinaan, fitnah, kesialan, selalu datang menghampiri. Karena mereka tidak memberikan batas pada kesabaran mereka, sehingga tampak maha luas bak alam semesta yang tidak diketahui ujung batasnya.

So, semua balik lagi kepada kita, tergantung sikap mental kita. Dan yang paling penting, semua hal tersebut tidak mudah dilakukan. Seperti yang saya katakan diawal, KESABARAN... MUDAH DIUCAPKAN NAMUN SULIT DIPRAKTEKKAN. Dibutuhkan latihan yang intensif. Kita semua adalah siswa-siswi yang masih harus giat berlatih. Yup, berlatih... berlatih... untuk meraih dan mencapai kebebasan serta kebahagiaan tertinggi.

Semoga demikianlah adanya, semoga... semoga...


Peace and happy to all... _/\_