Sabtu, 04 Juli 2009

Penyebab Lenyapnya Kebahagiaan

Segala yang terbentuk adalah tidak kekal,
Bersifat timbul dan tenggelam,
Setelah timbul akan hancur dan lenyap,
Bahagia timbul setelah gelisah lenyap,

Semua makhluk hidup pada hakekatnya memiliki tujuan mencapai kebahagiaan. Dalam mencari kebahagiaan yg didambakannya, setiap makhluk memiliki caranya masing-masing untuk meraih kebahagiaan. Ada yang dari siang hingga sore, bahkan sampai larut malam, bekerja mencari nafkah demi kebahagiaan diri dan keluarganya kelak. Ada juga yang pergi berlibur tamasya, untuk mengendurkan urat syaraf yang tegang setelah sekian lama jenuh dengan rutinitas harian, dengan harapan memperoleh kebahagiaan (walaupun sejenak). Ada lagi yang meninggalkan kehidupan duniawi lalu menempuh jalur kehidupan rohani dan spiritual dalam usaha menggapai kebahagiaan. Bahkan yang lebih ekstrim, ada yang terjerumus ke pemakaian narkoba atau seks bebas, dengan alasan demi mencari kebahagiaan yang didambakan.

Semua usaha yang bermacam-macam bentuknya diatas, pada hakekatnya memiliki tujuan yang sama, yaitu mencari kebahagiaan. Namun dengan cara dan metode yang berbeda-beda dalam meraihnya. Pada umumnya, kebanyakan dari kita mengetahui cara untuk meraih dan menggapai kebahagiaan. Kira-kira rumusannya begini, andaikata kita memiliki keinginan dan keinginan kita terpenuhi maka kebahagiaan timbul. Sebaliknya jika keinginan kita tidak terpenuhi maka kebahagiaan lenyap. Jadi penyebab lenyapnya kebahagiaan salah satunya adalah tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak mendapatkan gaji yang maksimal kita kecewa, tidak mendapatkan kekasih idaman kita kecewa, tidak mendapatkan harapan yang sesuai kita kecewa, dan lain-lain.

Namun ada lagi salah satu penyebab lenyapnya kebahagiaan yang sulit dilihat dan disadari kebanyakan dari kita, yaitu tidak menginginkan apa yang didapatkan. Yup, inilah biang keladi dari segala macam kegelisahan, kekecewaan, dan kesedihan kita kebanyakan. Mendapat jasmani kurang sempurna kita tidak ingin, lalu kecewa. Mendapat pasangan yang menyebalkan kita tidak ingin, lalu kecewa. Mendapat rejeki yang pas-pasan kita tidak ingin, lalu kecewa. Jadi apapun yang kita dapatkan namun tidak menginginkannya, maka yang timbul adalah kekecewaan. Saya akui penyebab yang kedua ini paling halus, sehingga banyak orang yang terjerembab didalamnya.

Jangan biarkan diri kita larut ke dalam kedua hal tersebut. Terus menerus disadari dan dikenali jika mereka suatu saat tiba-tiba datang. Solusi yang paling tepat bila suatu saat kita bertemu dengan kedua sebab tersebut adalah kepuasan diri atau kecukupan hati. Yup, dengan berpuas diri kita akan lebih ikhlas menerima apapun yang datang menghampiri. Terimalah dirimu apa adanya, terimalah teman dan pasanganmu apa adanya, terimalah apapun yang datang kepadamu. Bagaikan dua sisi uang logam, sisi kebahagiaan dan sisi kekecewaan berada pada media yang sama. Jadi supaya kebahagiaan muncul, kegelisahan harus lenyap. Sesuai dengan syair yang tertulis diawal, "Bahagia timbul setelah gelisah lenyap".

Kesimpulannya, sadari dan kenali penyebab lenyapnya kebahagiaan. Setelah penyebabnya dapat disadari dan kenali, maka kembangkan sikap mental berpuas diri. Tidak mudah memang, untuk itu kita harus senantiasa mencoba dan berlatih. Jika menyerah begitu saja, mau sampai kapan kita akan mencari-cari kebahagiaan diluar diri kita. Kebahagiaan sejati letaknya tidak jauh-jauh. Kebahagiaan sejati bukan berada di Disneyland, kebahagiaan sejati bukan berada di tempat ibadah, kebahagiaan sejati bukan berada di brankas uang, kebahagiaan sejati bukan berada di show room mobil. Kebahagiaan sejati letaknya didalam diri kita masing-masing.

Demikianlah sedikit sharing dari saya. Mohon maaf bila kurang berkenan dihati dan ada kekeliruan. Sharing ini semata-mata pendapat pribadi, dan tidak bermaksud untuk menggurui atau mengajari. Saya juga masih dalam tahap belajar dan berlatih, demi tercapainya kebahagiaan sejati. Semoga semua makhluk telah tiba saatnya untuk merealisasi pencapaian tertinggi. Semoga....



May All Being Peaceful and Happy!



By : Tedy Ho

2 komentar:

  1. Namo Buddhaya,
    Dear Tedy,

    Tulisan yang sangat menarik.

    Aduh, bajunya pink, warna dasar blognya pink, menandakan seseorang yang penuh metta-karuna. :)

    Anumodana atas postingan yang bermanfaat bagi kami semua ini ya. :)

    May All Beings be Happy,
    Sadhu,Sadhu,Sadhu.

    BalasHapus
  2. Namo Buddhaya Bro Ratana,

    Semoga saya dapat melatih metta karuna pada khususnya, dan brahmavihara pada umumnya. Terima kasih

    Semoga anda sehat dan bahagia...

    BalasHapus