Sabtu, 10 Oktober 2009

"Melihat Ke Dalam"

Dalam senggang malam di depan televisi, suatu ketika saya memperhatikan munculnya iklan-iklan yang silih berganti. Tanpa instruksi, tak terasa tenggelam dalam perenungan yang penuh makna. Bagi sebagian orang mungkin tak bermakna. Biarlah hanya keheningan yang akan menjawab semuanya. Sekian menit muncul beberapa iklan yang menawarkan produk kecantikan, misalnya kosmetik A, shampoo B, sabun C, dan lainnya. Beberapa menit kemudian, gantian muncul iklan produk kesehatan, misalnya obat D, suplemen E, dan lainnya. Tak lama berselang, giliran produk makanan dan minuman yang muncul, misalnya biskuit F, snack G, dan lainnya.

Setelah diperhatikan dan direnungkan, ternyata kebanyakan berhubungan dengan perawatan, pemeliharaan, dan pemenuhan kebutuhan pada jasmani atau fisik. Kira-kira demikian benang merah yang dapat ditarik. Tanpa terasa mengalir pertanyaan dalam batin. Mengapa manusia lebih tertarik untuk merawat, mengurusi, dan memelihara jasmani atau fisiknya semata??? Padahal menurut ajaran Buddha, manusia secara garis besar terkondisi oleh dua bagian yaitu, batin (nama) dan jasmani (rupa). Berarti jika sudah demikian, kalau mau adil dan seimbang, tentu kita tidak hanya merawat jasmani saja. Bukankah batin juga harus dirawat, dilindungi, atau dipelihara dengan apik.

Manusia dengan mudahnya merawat dan melindungi rambutnya, misalnya menggunakan shampoo yang wewangian aneka rupa, ditambah dengan segala macam campuran conditioner. Lantas merawat gigi dengan pasta gigi yang mencegah gigi berlubang. Kemudian membersihkan kulit dengan sabun antiseptik, dan lain-lain. Namun sebaliknya, batin kita kebanyakan tidak dirawat, dilindungi, dan dipelihara. Kadang-kadang kita lengah bila batin diserang dengan segala macam kotoran, gangguan, dan penyakit (yang biasanya disebut kilesa)

Kalau mau jujur, batin ini diserang segala macam kotoran, gangguan, atau penyakit, dari segala penjuru selama 24 jam sehari, 30 hari dalam sebulan, 365 hari dalam setahun, dan selama hidupnya. Serangan terhadap batin lebih cepat dan dahsyat. Dalam beberapa detik, bisa timbul kebencian terhadap 10 orang sekaligus. Belum lagi pikiran kotor melintas entah berapa kali mondar-mandir. Berseliweran seperti jalan tol tanpa penjaga. Kesadaran kita baru berlari sejauh 10 meter, kotoran batin sudah berlari masuk sejauh 100 meter. Pokoknya untuk orang awam (putthujana) seperti kita ini, kalah cepat dengan serangan kilesa. Seolah-olah mereka (kilesa) selalu berada di depan kita, mendahului kita.

Meskipun kalah cepat, bukan berarti mereka (kilesa) tidak bisa kita sergap. Tentunya dengan berlatih, menyadari setiap saat kondisi batin, kita bisa mengenali mereka. Melambatkan gerak-gerik batin. Tapi sekali lagi, tidak mudah untuk selalu sadar, sungguh teramat sulit, butuh perjuangan keras. Ciri khas dari dhamma, "mudah diucapkan sulit dilaksanakan". Semoga kita semua dapat berlatih dengan baik, dan segera mencapai pantai seberang. Sadhu...sadhu...sadhu...

Mohon maaf bila ada kesalahan. Mohon koreksi bila ada kekeliruan.



MAY ALL BEING PEACEFUL AND HAPPY!


By : Tedy Ho