Kamis, 07 Januari 2010

Angin Perubahan

Di wilayah timur jauh, tepatnya Mongolia, sekitar 1000 tahun yang lampau pernah terlahir seorang kaisar. Namanya Jenghis Khan, penguasa kekaisaran Mongol yang amat termashyur. Sejarah dunia mencatat bahwa kekaisaran Mongol adalah salah satu negara yang kekuasaannya mendekati dominasi atas seluruh dunia (global domination).

Kekuasaannya waktu itu adalah: China, Mongolia, Russia, Korea, Vietnam, Burma, Kamboja, Timur Tengah, Polandia, Hungaria, Arab Utara, dan India Utara. Tapi itu hanya cerita dulu. Saat ini Mongolia termasuk dalam salah satu negara termiskin di Asia. Yang tersisa dari kisah legendaris itu hanya catatan sejarah.

Oei Tiong Ham, pada awal abad ke 20, konglomerat yang dikenal dengan julukan Raja Gula Asia. Disebut-sebut sebagai orang terkaya di Asia Tenggara pada jamannya. Usahanya mempunyai cabang-cabang di Bangkok, Calcutta, Singapura, Hong Kong, Shanghai, London dan New York. Perusahaannya juga mempunyai properti dan sejumlah pabrik di Jawa, sebuah bank, broker di London dan armada kapal yang terdaftar di Singapura.

Lagi-lagi itu juga cuma cerita dulu. Saat ini warisannya sudah tercerai-berai, tergerus berkeping-keping. Perselisihan antar anggota keluarga yang tak kunjung usai. Sehingga klaim sebagai orang terkaya di Asia Tenggara tinggal kenangan.

Dengan kepalan tinju yang mematikan, Muhammad Ali menaklukkan lawan-lawannya diatas ring tinju. Puncaknya pada dekade 1960-1970an, ia mencatatkan dirinya sebagai Juara Dunia Tinju Kelas Berat. Masa kejayaan telah melambungkan namanya ke seluruh penjuru dunia.

Namun masa-masa kejayaan itu sekarang telah usai. Ia yang dulu begitu perkasa diatas ring tinju, sekarang telah lemah gontai. Usia yang telah uzur, ditambah penyakit parkinson yang menggerogoti tubuhnya, semakin mempertegas melorotnya keperkasaan sang juara.

Dari sepenggal kisah catatan sejarah tersebut, bisa ditarik kesimpulan, bahwa tidak ada suatu kondisi yang bertahan terus menerus. Seiring dengan berjalannya waktu, angin perubahan cepat atau lambat akan lewat dihadapan. Meski terkadang berat untuk menerima kenyataan, namun hukum alam tidak pernah kompromi untuk menjalankan fungsinya.

Seperti dalam sabda Buddha, "Sabbe Sankhara Anicca". Secara harfiah berarti, "Segala Sesuatu Yang Berkondisi Adalah Tidak Kekal". Meskipun sering didengar atau baca, namun ketika angin perubahan datang menerjang, terkadang sulit menerima. Apalagi ketika sedang face to face berhadapan dengan fenomena ketidak kekalan, segala teori dan teks seolah kabur tak mau menemani. Padahal sudah menjadi sifat alamiah kehidupan, bahwa "Segala Sesuatu Yang Muncul, Pasti Akan Hancur Dan Lenyap". Ternyata butuh sesuatu yang spesial untuk benar-benar memahami makna yang teramat sukar diselami.

Setelah disadari, jalan ternyata masih terbentang jauh. Hanya mendengar kata-kata Sang Guru bahwa ada tujuan, namun masih diawang-awang. Nyaris tak terlihat, tertutupi tebalnya kabut kekotoran batin.


Semoga semua makhluk berbahagia,
Bebas dari penderitaan,
Bebas dari kebencian,
Bebas dari penyakit,
Bebas dari kesukaran,
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaannya.



TH 070110



Referensi :
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Jenghis_Khan
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_PDB_(PPP)
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Oei_Tiong_Ham
4. Davonar, Agnes. 2009. Kisah Tragis Oei Hui Lan : Putri Raja Gula Asia Tenggara Dari Semarang. Jakarta.
5. http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Ali

Jumat, 01 Januari 2010

Wujud Pluralisme

Sejumlah besar umat Hindu merayakan hari raya Nyepi. Umat Buddha dengan hari raya Waisak. Lalu umat Kristiani ada hari kebesarannya juga, yaitu hari raya Natal. Sedangkan umat Muslim merayakan Idul Fitri. Setiap aliran kepercayaan memiliki hari kebesarannya masing-masing, dan dirayakan pula secara parsial oleh yang merayakan.

Tetapi ada satu hari yang dirayakan oleh seluruh umat yang disebutkan diatas, yaitu perayaan malam tahun baru. Tidak peduli apapun sistem kepercayaan, suku, warna kulit, dan golongan. Semua merayakan dengan suka cita, berbaur dalam perayaan yang meriah. Setiap momen perayaan terangkai dalam satu objektif yang sama, yaitu menunggu datangnya detik-detik pergantian tahun, tepatnya pukul 00.00

Boleh dibilang perayaan malam tahun baru merupakan perayaan umat manusia yang terbesar. Melebihi perayaan lain. Bebas dari embel-embel agama, bebas dari labeling gender, bebas dari kotak-kotak etnis, bebas dari merek-merek golongan tertentu. Semuanya berada pada satu kesepakatan.

Esensi yang dapat dipetik dari momen tersebut adalah wujud pluralisme. Yup, wujud tersebut tampak nyata ke permukaan, tidak semu. Pada dasarnya semua manusia memiliki nilai-nilai pluralisme, namun tertutupi oleh muatan yang begitu banyak.

Sekarang tinggal bagaimana meneruskan nilai-nilai tersebut dalam kelanjutan selama setahun yang baru ini, lalu kemudian digenjot lagi pada perayaan berikutnya. Jangan biarkan nilai-nilai pluralisme, mati kehabisan nafas.

Semoga pluralisme tetap jaya... SELAMAT TAHUN BARU 2010...


Semoga semua makhluk berbahagia,
Bebas dari penderitaan,
Bebas dari kebenciaan,
Bebas dari penyakit,
Bebas dari kesukaran,
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaannya.


TH 020110