Jumat, 01 Januari 2010

Wujud Pluralisme

Sejumlah besar umat Hindu merayakan hari raya Nyepi. Umat Buddha dengan hari raya Waisak. Lalu umat Kristiani ada hari kebesarannya juga, yaitu hari raya Natal. Sedangkan umat Muslim merayakan Idul Fitri. Setiap aliran kepercayaan memiliki hari kebesarannya masing-masing, dan dirayakan pula secara parsial oleh yang merayakan.

Tetapi ada satu hari yang dirayakan oleh seluruh umat yang disebutkan diatas, yaitu perayaan malam tahun baru. Tidak peduli apapun sistem kepercayaan, suku, warna kulit, dan golongan. Semua merayakan dengan suka cita, berbaur dalam perayaan yang meriah. Setiap momen perayaan terangkai dalam satu objektif yang sama, yaitu menunggu datangnya detik-detik pergantian tahun, tepatnya pukul 00.00

Boleh dibilang perayaan malam tahun baru merupakan perayaan umat manusia yang terbesar. Melebihi perayaan lain. Bebas dari embel-embel agama, bebas dari labeling gender, bebas dari kotak-kotak etnis, bebas dari merek-merek golongan tertentu. Semuanya berada pada satu kesepakatan.

Esensi yang dapat dipetik dari momen tersebut adalah wujud pluralisme. Yup, wujud tersebut tampak nyata ke permukaan, tidak semu. Pada dasarnya semua manusia memiliki nilai-nilai pluralisme, namun tertutupi oleh muatan yang begitu banyak.

Sekarang tinggal bagaimana meneruskan nilai-nilai tersebut dalam kelanjutan selama setahun yang baru ini, lalu kemudian digenjot lagi pada perayaan berikutnya. Jangan biarkan nilai-nilai pluralisme, mati kehabisan nafas.

Semoga pluralisme tetap jaya... SELAMAT TAHUN BARU 2010...


Semoga semua makhluk berbahagia,
Bebas dari penderitaan,
Bebas dari kebenciaan,
Bebas dari penyakit,
Bebas dari kesukaran,
Semoga mereka dapat mempertahankan kebahagiaannya.


TH 020110

Tidak ada komentar:

Posting Komentar